BAB II
ISI
A. Pengaruh Faktor Nature
Terhadap Perkembangan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap perkembangan
individu adalah faktor ketururan yang merupakan pembawaan sejak lahir atau
berdasarkan keturunan, seperti : konstitusi dan struktur fisik, kecakapan
potensial (bakat dan kecerdasan). Berbeda dengan faktor lingkungan, faktor
keturunan pada umumnya cenderung bersifat kodrati yang sulit untuk
dimodifikasi.
Faktor nature adalah faktor bawaan yang diwariskan orang
tua kepada anaknya yang disebut juga dengan aliran ‘Nativisme’ yaitu
perkembangan individu semata-mata tergantung pada faktor dasar/pembawaan. Tokoh
utama aliran ini yang terkenal adalah Schopenhauer.
Faktor nature atau genetika (hereditas) merupakan
totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau
segala potensi (baik fisik maupun psikis) yang dimiliki individu sejak masa
konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen-gen.
Pada masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) seluruh
bawaan heredinitas individu dibentuk dari 23 kromosom (pasangan xx) dari ibu
dan 23 kromosom (pasangan xy) dari ayah. Dalam 46 kromosom tersebut terdapat
beribu-ribu gen yang mengandung sifat-sifat fisik dan psikis individu atau yang
menentukan potensi-potensi hereditasnya.
Masa dalam kandungan sebagai periode yang kritis dalam
perkembangan kepribadian individu, sebab tidak hanya sebagai saat pembentukan
pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai masa pembentukan kemampuan-kemampuan
yang menentukan jenis penyesuaian individu terhadap kehidupan setelah
kelahiran.
Pengaruh gen terhadap kepribadian sebenarnya tidak secara langsung, karena
yang dipengaruhi gen secara langsung adalah:
a)
kualitas sistem syaraf,
b)
keseimbangan biokimia
tubuh, dan
c)
struktur tubuh.
Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa fungsi hereditas dalam kaitannya
dengan perkembangan kepribadian adalah:
a)
sebagai sumber bahan
mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan tempramen,
b)
membatasi perkembangan
kepribadian (meskipun kondisi lingkungan sangat kondusif), dan mempengaruhi
keunikan kepribadian
B. Pengaruh Faktor Nurture terhadap Perkembangan
Faktor nurture adalah faktor yang mempengaruhi
perkembangan individu itu sepenuhnya ditentukan oleh faktor lingkungan
/pendidikan atau disebut juga dengan aliran ‘Empirisme’ yang menjadikan faktor
lingkungan/pendidikan maha kuasa dalam menentukan perkembangan seorang
individu. Tokoh alran ini adalah John Locke.
Nurture mengacu pada kondisi lingkungan dan yang mendukung pengembangan.
tanaman membutuhkan sinar matahari, air, dan suhu yang tepat untuk tumbuh-dan
dibantu bantu seseorang untuk menarik rumput liar di sekitarnya dan menambahkan
pupuk. Anak-anak juga perlu dipupuk: mereka
membutuhkan cinta dan dukungan dari orang tua, saudara, keluarga, guru, teman
sebaya, dan orang lain, hal tersebut penting dalam hidup mereka. Anak-anak bisa
sangat dipengaruhi oleh bagaimana orang-orang membina mereka. Lingkungan adalah
keseluruhan adalah keseluruhan fenomena (peristiwa, situasi, atau kondisi)
fisik/alam atau sosial yang mempengaruhi atau dipengaruhi perkembangan
individu.
Faktor lingkungan yang dibahas pada paparan berikut
adalah lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, masyarakat dan media massa.
A. Lingkungan Keluarga
Lingkungan memiliki peran
penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan sosial yang lebih banyak berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah
lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah
pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik
lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang
tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah
sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia.
Lingkungan keluarga dipandang sebagai faktor penentu
utama terhadap perkembangan anak. Alasan tentang pentingnya peranan keluarga
bagi perkembangan anak adalah: (a) keluarga merupakan kelompok sosial pertama
yang menjadi pusat identifikasi anak, (b) keluarga merupakan lingkungan pertama
yang mengenal nilai-nilai kehidupan kepada anak, (c) orang tua dan anggota keluarga
lainnya “Significant People” bagi perkembangan kepribadian anak, (d)
keluarga sebagai institusi yang memfasilitasi kebutuhan dasar insani
(manusiawi), baik yang bersifat fisik-biologis, maupun sosiopsikologis, dan (e)
anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Menurut Hammer dan Turner (Adiasri T.A., 2008:8) peranan
orang tua yang sesuai dengan fase perkembangan anak adalah:
1. Pada masa bayi berperan sebagi perawat (caregiver)
2. Pada masa kanak-kanak sebagai pelindung (protector)
3. Pada usia pra-sekolah sebagai pengasuh (nurturer)
4. Pada masa sekolah dasar sebagai pendorong (encourager)
5. Pada masa pra-remaja dan remaja berperan sebagai konselor (counselor)
B. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara
sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan pelatihan dalam
rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal,
baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, sosial
maupun fisik-motoriknya.
Hurlock (1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan
faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam secara berpikir,
bersikap, maupun berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan
guru sebagai substitusi orang
tua.
C. Kelompok Teman Sebaya (Peer
Group)
Kelompok teman sebaya
sebagai lingkungan sosial bagi anak mempunyai peran yang cukup penting bagi
perkembangan dirinya. Melalui kelompok sebaya, anak dapat memenuhi kebutuhannya
untuk belajar berinteraksi sosial (berkomunikasi dan bekerjasama), belajar
menyatakan pendapat dan perasaan orang lain, belajar tentang norma-norma
kelompok, dan memperoleh pengakuan dan penerimaan sosial.
Makin bertambah umur, si anak makin memperoleh kesempatan
lebih luas untuk mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman sebayanya,
sekalipun dalam kenyataannya perbedaan-perbedaan umur yang relatif besar tidak
menjadi sebab tidak adanya kemungkinan melakukan hubungan-hubungan dalam
suasana bermain.
Anak yang bertindak langsung atau tidak langsung sebagai
pemimpin, atau yang menunjukkan ciri-ciri kepemimpinan dengan sikap-sikap
menguasai anak-anak lain, akan besar pengaruhnya terhadap pola-pola sikap atau
pola-pola kepribadian. Konflik-konflik
terjadi pada anak bilamana norma-norma pribadi sangat berlainan dengan
norma-norma yang ada di lingkungan teman-teman. Di satu pihak ia ingin
mempertahankan pola-pola tingkah laku yang diperoleh di rumah, sedangkan di
pihak lain lingkungan menuntut si anak untuk memperlihatkan pola yang lain,
yang bertentangan dengan pola yang sudah ada, atau sebaliknya.
Makin kecil
kelompoknya, di mana hubungan-hubungan erat terjadi, makin besar pengaruh
kelompok itu terhadap anak, bila dibandingkan dengan kelompok yang besar yang
anggota-anggota kelompoknya tidak tetap.
Pengaruh kelompok teman sebaya terhadap anak bisa positif
atau negatif. Berpengaruh positif apabila para anggota kelompok itu memiliki
sikap dan perilaku positif atau berakhlak mulia. Sementara yang
negatif apabila para anggota kelompoknya berperilaku menyimpang, kurang
memiliki tata krama, atau berakhlak buruk.
Terkait dengan pengaruh negatif dari kelompok sebaya
terhadap anak, Healy dan Browner menemukan bahwa 67% dari 3.000 anak nakal di
Chicago ternyata karena mendapat pengaruh dari teman sebayanya (M. ARIFIN,
1978:131).
D. Masyarakat
Lingkungan
masyarakat dapat berperan membentuk karakter anak . Misalnya lingkungan tempat
tinggal di asrama polisi atau tentara, anak-anak yang tinggal disana cenderung
lebih berani karena mereka merasakan adanya label dari orangtuanya. Mereka juga
besikap lebih semena-mena kepada teman-temannya yang lain. Lingkungan yang
seperti ini akan membentuk karakter anak menjadi keras, pribadi yang galak, apa
yang dia inginkan harus segera terlaksana. Ataupun dengan memilih tinggal di
tengah-tengah kota besar, yang mana sesama tetangga tak saling mengenal satu
sama lain, lingkungan yang seperti ini dapat membentuk karakter yang tidak baik
juga pada anak, anak jadi terbiasa untuk tidak peka terhadap orang lain, merasa
tidak memerlukan orang lain dalam hidupnya, sikap individualismenya juga akan
sangat terlihat.
Lingkungan masyarakat juga dapat berpengaruh
sebaliknya yaitu berpengaruh baik bagi anak. Misalnya dengan memilih tinggal di
sebuah perkampungan di pinggiran kota. Yang di lingkungan tersebut terdapat
masjid, para remajanya pun aktif dan antusias dalam kegiatan-kegiatan syiar
agama untuk masyarakat sekitar, baik orangtua, remaja bahkan anak-anak kecil.
Suasana lingkungan menjadi hidup, dinamis, agamis, harmonis serta menyenangkan
hati masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut. Anak-anakpun terbentuk
karakter yang sopan santun, beradaptasi, berempati, serta dapat menjadi manusia
yang berjiwa sosial. Kondisi masyarakat yang kumuh dan serba kekurangan akan
sangat mempengaruhi aktifitas dan semangat belajar siswa.
E. Media Massa
Media massa adalah faktor lingkungan yang dapat merubah
atau mempengaruhi prilaku masyarakat melalui proses-proses. Media massa juga
sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan seseorang, dengan adanya media
massa, seorang anak dapat mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan dengan
pesat. Media massa dapat merubah prilaku seseorang ke arah positif dan negatif.
Contoh media massa yang sangat berpengaruh adalah media massamassa saat ini
berkembang semakin canggih. Semakin canggih suatu media massa maka akan semakin
terasa dampaknya bagi kehidupan kita. elektronik antara lain televisi. Televisi
sangat mudah mempengaruhi masyarakat, khususnya anak-anak yang dalam
perkembangan melalui acara yang disiarkannya. Media.Salah satu media massa yang
dewasa ini sangat menarik perhatian warga masyarakat khususnya anak-anak adalah
televisi. Televisi sebagai media massa elektronik mempunyai misi untuk
memberikan informasi, pendidikan dan hiburan kepada para pemirsanya. Dilihat
dari sisi ini, televisi bisa memberikan dampak positif bagi warga masyarakat
(termasuk anak-anak) karena melalui tayangan yang disajikan mereka memperoleh:
1. Berbagai informasi yang dapat memperluas wawasan
pengetahuan tentang berbagai aspek kehidupan.
2. Hiburan, baik yang berupa film maupun musik.
3. Pendidikan, baik yang bersifat umum maupun agama.
C. Determinasi Faktor Nature dan Nurture dalam Perkembangan Aspek-Aspek
Psikofisik Individu serta Implikasinya dalam Pendidikan
Pendidikan keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama
adalah modal utama bagi perkembangan anak ke depannya. Selanjutnya sekolah
sebagai lembaga pendidikan kedua yang formal berfungsi sebagai pusat pendidikan
untuk pembentukan pribadi anak dan mengembangkan potensi yang ada pada anak.
Serta masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah
mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan batasan
yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta
berjenis-jenis budayanya yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai sosial
budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Dalam perkembangan individu, faktor nature dan nurture
adalah penentu perkembangan aspek-aspek psikofisik individu. Aspek-aspek
perkembangan individu meliputi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa,
moral, dan agama. Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan
pertumbuhan setelah lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan
kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan situasi baru atau lingkungan
pada umumnya. Sosial, setiap individu selalu berinteraksi dengan lingkungan dan
selalu memerlukan manusia lainnya. Emosi merupakan perasaan tertentu yang
menyertai setiap keadaan atau perilaku individu. Bahasa merupakan kemampuan
untuk berkomunikasi dengan yang lain. Moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Agama
merupakan kepercayaan yang dianut oleh individu.
Perkembangan seseorang adalah hasil dari faktor bawaan
dan lingkungan (nature vs nurture). Dalam hal ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan keluarga terhadap perkembangan awal anak sangat
penting karena disinilah awal mula dari pendidikan anak, yang mana orang tua
sebagai guru, anak akan mencontoh apa yang dilakukan
Menurut Santlock ada 3 cara nature dan nurture
1)
Interaksi
genotipe dengan lingkungan secara aktif. Seperti orang tua yang mempunyai
genetic rajin berpetualang maka anaknya juga sering diajak berpetualang ke
tempat wisata. Sehingga tidak dipungkiri anak tersebut akan ikut senang
berpetualangan.
2)
Interaksi genotipe dengan lingkungan secara
evokatif. Seperti anak yang mempunyai sikap ramah akan mendapatkan banyak
teman, berbeda dengan anak pendiam akan mendapatkan teman yang sedikit karena
tidak mengalami interaksi yang banyak.
3)
Interaksi
genotipe dan lingkungan secara pasif. Seperti anak yang mempunyai kesukaan
berolahga maka anak tersebut akan berada pada lingkungan yang suka berolahraga.
Sehingga anak tersebut dapat menampilkan keterampilannya.
D. Analisis
Perkembangan merupakan
perubahan kearah yang lebih maju/lebih dewasa, atau suatu proses persoalan
mengenai faktor – faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan. Perkembangan
seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (nature)dan faktor eksternal(nurture). Sehingga keduanya harus berjalan secara bersamaan/saling melengkapi.
Nature dan nurture merupakan sebuah
pembahasan yang banyak diperdebatkan dalam psikologi. Nature dapat kita artikan
sebagai kekuatan biologis yang mengatur perkembangan. Sedangkan nurture mengacu
pada kondisi lingkungan dan yang mendukung pengembangan. Faktor-faktor nurture
yang mempengaruhi perkembangan manusia bisa berasal dari lingkungan keluarga,
masyarakat, bahkan faktor ekonomi dan budaya pun juga termasuk kedalamnya.
Keduanya saling terkait dan memiliki pengaruh yang sama besar dalam pembentukan
karakter dan sikap seseorang.
Prosesi pendidikan tidak
hanya bertumpu pada sakralitas ‘pembawaan’ tetapi juga harus mampu mensintesa
lingkungan agar dapat mengembangkan pembawaan tersebut menjadi lebih sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar